
HAT PUJIATI
Radikalisme bukan hanya merupakan tantangan terhadap sistem negara-bangsa, melainkan juga ancaman terhadap masyarakat Indonesia yang majemuk dan menjunjung toleransi. Karya sastra pun potensial untuk menjadi situs makna yang menyuburkan radikalisme. Maka dari itu, tulisan ini bertujuan melihat kemampuan teks sastra sebagai pendorong maupun pencegah radikalisme di Indonesia. Sastra pesantren yang dipilih berjudul Menggapai Kosong oleh Izzul Muttaqin dan Rebbe oleh Laila Haqy. Tulisan ini menekankan perhatian pada wacana religius-humanis sebagai formula anti atau pro-radikalisme dalam karya dan wacana keindonesiaan yang mempengaruhi posisi ideologis pengarang. Artikel ini menggunakan teori representasi Stuart Hall dengan pendekatan konstruksionis untuk meneliti kemampuan sistem bahasa membangun konsep dalam pikiran atau memberi makna pada dunia material. Analisis dilakukan dengan memetakan wacana religious-humanis dalam karya tanpa mengabaikan waktu dan tempat tertentu pada produksi wacananya. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa kedua karya fiksi pesantren telah merepresentasikan deradikalisasi dalam upayanya menghalau radikalisme agama. Kebijakan deradikalisasi dari pemerintah memiliki peran penting dalam membangun ketuhanan dan kebudayaan masyarakat sebagaimana direkam dalam dua karya sastra pesantren di atas.
Untuk mendapatkan artikel utuh, klik link berikut:
http://ejournal.uin-suka.ac.id/adab/Adabiyyat/article/view/02104
Cover:
https://www.nu.or.id/post/read/92477/warga-lebih-percaya-pesantren-sekolah-negeri-sepi-peminat
Leave a Reply